Artikel : Atraktor Cumi

 ATRAKTOR CUMI

Oleh : Firmansyah, S.Pi


Pendahuluan

    Kabupaten Kolaka memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar.  Hampir seluruh wilayahnya memiliki wilayah laut.  Wilayah laut Kabupaten Kolaka yang berada di area Teluk Bone masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP-NRI) 713.  Cumi-cumi merupakan salah satu jenis hasil perikanan yang sering tertangkap oleh nelayan.  Salah satu jenis rumpon yang khusus untuk menarik perhatian jenis cumi-cumi sehingga datang berkumpul untuk memijah adalah atraktor cumi-cumi.  Selain cumi-cumi, alat ini juga ternyata dapat menarik perhatian sotong.  Alat ini mulai dikembangkan di Jepang dengan tujuan utama untuk memperkaya sumberdaya cumi-cumi di suatu kawasan perairan.  Hal ini dapat terjadi karena atraktor berfungsi sebagai tempat cumi-cumi melepaskan dan menempelkan telurnya lalu menetas (Baskoro dkk., 2011).  Di bawah ini foto desain atraktor yang berbentuk kelopak bunga.


     Konstruksi atraktor tersebut adalah sejenis rumpon yang dirancang dengan desain menyerupai kelopak bunga berdiameter 120 cm dan tinggi 35 cm yang dapat dijadikan tempat berkumpul cumi-cumi untuk melepaskan dan meletakkan telurnya hingga menetas.  Cumi-cumi cenderung menempelkan telurnya pada benda berbentuk helaian atau tangkai yang letaknya agak terlindung dan tempatnya agak gelap.  Baskoro dkk. (2011) menyarankan sebaiknya atraktor cumi-cumi diletakkan di dasar perairan sekitar 3 - 7 meter dari permukaan laut yang memang diketahui sebagai habitat cumi-cumi pada dasar perairan sekitar terumbu karang dengan kondisi perairan yang jernih dan arus yang tidak terlalu kuat.

Sekilas Tentang Cumi-Cumi

   Cumi-cumi merupakan salah satu jenis yang paling umum dijumpai dari kelas Cephalopoda.  Kerangkanya tipis dan bening dan terdapat di dalam tubuhnya (Nontji A., 1986).  Cephalopoda terdiri atas 2 kata yaitu "Cephale" yang berarti Kepala dan "Podos" yang berarti Kaki.  Tubuh simetri bilateral, kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat penghisap dan sistem saraf yang berkembang baik terpusatkan di kepala (Romimohtarto dkk., 1999).
     Cumi-cumi bergerak dengan sistem propulsi jet dengan cara menyemprotkan air dari tubuhnya.  Cumi-cumi memiliki paruh yang kuat dan tajam di mulutnya yang digunakan untuk membunuh dan merobek mangsanya.  Kulit tubuhnya memiliki sel-sel kromatofor sehingga dapat merubah warna kulit tubuhnya yang berfungsi sebagai kamuflase.  Cumi-cumi dapat mengeluarkan tinta dari tubuhnya sebagai salah satu bentuk perlindungan dari ancaman predator.  Saat ini sedang dilakukan penelitian lebih jauh tentang manfaat dari tinta cumi-cumi bagi pengobatan kanker.
       Tekstur dagingnya yang kenyal dan rasanya yang gurih membuat  pecinta makanan laut menjadikannya salah satu menu favorit.  Cumi-cumi juga memiliki kandungan vitamin serta mineral yang baik bagi tubuh, diantaranya Vitamin B12, Kalsium, Natrium, Fosfor.  

Pembuatan Atraktor Cumi

        Desain atraktor yang digunakan pada pelatihan ini berdasarkan hasil modifikasi penulis. Pembuatan atraktor cumi-cumi dimulai dengan pembuatan rangka atraktor yang terbuat dari Besi Cor nomor 10 yang memiliki panjang sekitar 12 m.  Setiap unit rangka atraktor membutuhkan 1 batang besi.  Dimensi rangka atraktor pada desain ini yaitu : Panjang 140 cm, Lebar 50 cm, dan tinggi 50 cm.  Proses pembuatan rangka atraktor dimulai dengan memotong besi sesuai dengan ukurannya kemudian untuk merangkainya menjadi satu dilakukan dengan proses pengelasan.(Dokumentasi pribadi)



      Setelah rangka atraktor selesai disatukan seperti terlihat pada foto di atas, selanjutnya pada rangka atraktor dipasang tali PE nomor 3 secara melintang pada rangka bagian atas dan bawah. Tali ini berfungsi sebagai tempat pemasangan Tali Rami / Goni yang menjadi substrakt tempat cumi-cumi akan melekatkan telur-telurnya.  Jumlah tali PE nomor 3 yang dipasang disesuaikan dengan panjang rangka atraktor.  Diusahakan agar pada saat pemasangan substrakt tidak terlalu rapat sehingga cumi-cumi dapat masuk dengan leluasa untuk bertelur.
       Selanjutnya pada bagian atas rangka atraktor dipasang plastik tebal berwarna hitam atau karung goni yang berfungsi agar cahaya tidak langsung masuk ke dalam atraktor.  Setelah itu pemasangan waring di sepanjang sisi kiri, atas, kanan dan bawah rangka atraktor, sehingga bagian yang terbuka hanya sisi depan dan belakang. Hasilnya seperti terlihat pada foto di bawah ini. (Dokumentasi pribadi)

      Setelah atraktor selesai di rangkai, atraktor sudah siap untuk dipasang di perairan.  Pada bagian tengah atraktor dipasangi pemberat dari batu atau semen cor sehingga atraktor tidak mudah bergeser.  Menurut Baskoro dkk. (2011) tempat pemasangan atraktor cumi-cumi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Kondisi perairan tempat atraktor akan dipasang harus jernih atau tidak keruh
  2. Dasar perairan untuk pemasangan atraktor tidak berlumpur tetapi berpasir atau pada bekas terumbu karang yang rusak, dengan kedalaman perairan 3 m hingga 7 m.
  3. Kecepatan arus harus juga diperhatikan, karena dapat mempengaruhi posisi dari atraktor yang sudah dipasang di dasar perairan. Kecepatan arus yang layak untuk pemasangan atraktor tidak lebih dari 0,5 knot (1 knot = 0,514 m/detik )
  4. Salah satu syarat penting dari pemasangan atraktor cumi-cumi sehingga hasilnya cepat terlihat adalah daerah tersebut merupakan daerah migrasi atau ruaya dari cumi-cumi.  Data atau informasi mengenai hal tersebut dapat diperoleh dari masyarakat pesisir atau nelayan di daerah tersebut yang sudah biasa melakukan penangkapan cumi-cumi.

Desain Atraktor Cumi

      Di bawah ini ksetsa desain atraktor cumi-cumi yang dirancang oleh penulis.


Pemasangan Atraktor

    Pemasangan atraktor dilakukan setelah daerah perairan yang sesuai ditemukan.  Pemasangan atraktor dimulai dengan persiapan penyelaman dan dibutuhkan minimal dua orang penyelam untuk memasang atraktor di dalam perairan (Sudirman dkk., 2016).  Berikut foto pada saat atraktor yang didesain penulis dipasang di bawah air oleh tim diver. (Dokumentasi pribadi)


      Setelah pemasangan atraktor, maka tahap selanjutnya adalah tahap pemantuan.  Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan pemasangan atraktor apakah di wilayah tersebut cocok apa tidak dengan indikator ada tidaknya telur cumi yang menempel.  Pemantauan dapat dilakukan setelah 1 minggu pemasangan atraktor dan setelahnya setiap 3 hari.

Daftar pustaka :

  1. Baskoro, M.S., F. Purwangka & A. Suherman. 2011. Atraktor Cumi-Cumi. In Sudirman, Kurnia, M. & Zainuddin, M. (penyunting). Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan. Penerbit Buku Maritim Djangkar. Jakarta. 
  2. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
  3. Romimohtarto, K. & S. Juwana. 1999. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta.
  4. Sudirman, M. Kurnia, & Zainuddin, M. 2017. Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan. Penerbit Buku Maritim Djangkar. Jakarta.
Penulis : Firmansyah, S.Pi (Penyuluh Perikanan Ahli Muda)



Komentar

Postingan populer dari blog ini